Cinta adalah
serangkaian kata dari lima huruf alphabet yang memiliki pengaruh yang besar
terhadap kehidupan makhluk hidup di dunia. Cinta adalah suatu perasaan menyukai
pada sesuatu baik itu manusia, hewan, dan tumbuhan, maupun benda mati. Cinta itu
tumbuh karena ada rasa saling percaya satu sama lain. Rasa cinta sudah
ditanamkan semenjak kita masih dalam kandungan dan mulai mempelajari apa makna
kata cinta yang sebenarnya setelah kita menjalani kehidupan remaja. Cinta bisa
menjadi teman bisa juga menjadi lawan tergantung bagaimana kita mengontrol
perasaan itu. Kenapa cinta bisa menjadi kawan atau lawan? Jawabannya adalah hati. Seseorang bisa menjadikan cinta
sebagai teman karena hati. Seseorang bisa menjadikan cinta sebagai lawan karena
hati. Cinta bisa dikontrol oleh hati dan pikiran. Cinta bisa dikatakan buta
bila kita tak bisa mengontrol kekuatan perasaan itu dengan hati dan pikiran
yang jernih. Cinta bisa dikatakan sesuatu yang indah bila kita bisa mengontrol
besarnya kekuatan itu. Bila kita lihat sekarang ini jarang ada seseorang yang
bisa mengontrol perasaan itu dengan hati dan pikiran. Contohnya generasi
penerus sekarang. Anak usia belia sudah mengenal kata “pacaran”. Memang itu
bukanlah kata yang asing atau tabu lagi sekarang. Tapi, walaupun begitu jangan biarkan
mereka mencari arti makna kata “cinta” sesuai pemikiran, penglihatan, dan pendengaran
mereka. Arti makna kata “cinta” seusia mereka tentu beda dengan arti makna
orang dewasa. Oleh karena itu, sebagai orang yang lebih dewasa dari mereka sebaiknya
mengarahkan, membimbing, mengontrol, membantu mereka mencari arti makna kata “cinta”
sesuai pemahaman mereka agar mereka tidak salah memahami arti kata itu. Banyak sekarang
sudah anak – anak seusia mereka salah memahami arti kata ini.
Saya sebagai penulis
bukannya menyalahkan 100% orang dewasa tapi, saya hanya memberikan pendapat
saya tentang pendapat – pendapat orang – orang yang lebih dewasa daripada saya
yang sering saya dengar selama ini. Mereka kebanyakan berpendapat bahwa media
elektroniklah yang merusak moral anak – anak mereka, keadaan lingkunganlah yang
merusak mereka. Namun mereka tidak menyadari bahwa peran orang dewasa juga
mempengaruhi moral mereka. Lingkungan keluarga ± 95% sangat mempengaruhi
perkembangan moral anak – anaknya dan sisanya adalah lingkungan sekitar. Keadaan
lingkungan keluarga yang kurang rasa cinta dan kasih sayang bisa mempengaruhi
perasaan cinta anak – anaknya pada teman – temannya, keluarga jauhnya, guru –
guru disekolahnya, dan juga di lingkungan masyarakat. Disaat seseorang
memberikan arti kata “cinta” pada mereka yang sedari kecil kekurangan curahan
rasa cinta dan kasih sayang, maka mereka berpikir bahwa itulah arti kata “cinta”
yang sebenarnya walaupun sebenarnya itu salah. Ya memang nasi yang telah jadi
bubur tak bisa kembali jadi nasi. Tapi, bukankah lebih baik mencegah daripada
mengobati? Artikel ini saya tulis karena saya sangat berharap tidak ada lagi
orang – orang yang selalu melimpahkan pemasalahannya kepada orang lain.
cinta, pacaran, hamil duluan, aborsi, penguburan bayi. fitrah yang satu ini sering disalahgunakan untuk berbuat tidak betul. anak-anak muda harus diarahkan untuk punya tujuan hidup yang jelas sehingga waktunya bisa diisi dengan hal-hal yang lebih bermanfaat, bukannya menghabiskan waktu dengan pacaran di sudut-sudut kegelapan yang penuh dengan perangkap iblis.
BalasHapus